Konsep Kota Hijau
’Kota Hijau’, Kenapa Tidak?
JIKA, orang lewat di jalan Kotabaru, rindangnva pohon-pohon besar membuat rasa sejuk alami. Ruas jalan di Bantul yang kiri kanannya pohon rindang juga demikian, tapi sebagian besar jalan-jalan di kota Yogya kurang rindang. Di lain pihak, munculnya berbagai hunian kelas premium yang belum lama ini dipromosikan lewat pameran di Amplaz, semuanya menerapkan 'green area' yang tentunya tertata dalam pola gardening yang harmonis dengan lokasi hunian.
Namun Indonesia yang negara tropis menghadapi pemanasan global, sehingga arsitektur yang mendekati model hunian kelas premium itu nampaknya harus berkelanjutan. Yogya yang semakin nampak metropolis menghadapi kualitas lingkungan yang memberi dampak pada pemanasan global.
Di daerah-daerah makin digencarkan penanaman pohon yang kalau sudah besar akan menjadikan kawasan lebih rindang. Artinya, masa depan yang sejuk atau lebih sejuk dari sekarang amat dibutuhkan. Apalagi pohon juga berfungsi menambah serapan air hujan. Zat hijau daunnya mampu menyerap pengotoran udara.
Demi masa depan lingkungan yang lebih baik, pola 'green area' memang tidak bisa seratus persen diimplementasikan untuk 'green city' alias 'Kota Hijau' yang menurut para pakar memerlukan properti hijau bangunan hijau, kantor atau bangunan sekolah hijau hingga pemakaian produk hijau. Idealnya desain bangunan hijau hemat energi, membatasi lahan terbangun, layout sederhana, ruang mengalir, kualitas bangunan bermutu, efisiensi ba-han, dan material ramah lingkungan.
Untuk itu material lokal dinilai para pakar arsitektur justru lebih menghemat biaya produksi, dan angkutan. Tapi dengan kreativitas bisa menghasilkan bangunan berbahan lokal lebih menarik sekaligus menunjukkan keunikan khas lokal yang saat memerlukan penggantian mudah, karena bisa didapat dari tempat sekitar. Dari tangan-tangan kreatif, paduan material batu kali atau batu bata untuk fondasi dan dinding, meski dinding dari kayu atau gedeg bambu, atap genteng, dan lantai tidak kalah bagus dengan bangunan berdinding beton dan kaca, rangka dan atap baja, dan lantai keramik, mariner, atau granit impor. Untuk ini bahan lokal bisa dikomposisi motif maupun ornamennya.
Bahkan material bekaspun atau sisa untuk bahan renovasi bangunan juga dapat menghasilkan bangunan yang artistik sekaligus fungsional. Kusen, daun pintu atau jendela, kaca, teraso, hingga tangga dan pagar besi bekas bisa direkayasa agar memberi suasana baru pada bangunan. Barang bekas jelas lebih mu-rah dan sekarang banyak produk untuk membuat barang bekas tetap kuat.
Artikel Konsep Kota Hijau di atas, berasal dari koran Kedaulatan Rakyat.
Tidak ada komentar: